Pemkab Boven Digoel Perkuat Kualitas Kakao Lewat Pelatihan Pemangkasan dan Fermentasi bagi Petani

br692fc1d248d95.jpeg

Tanah MerahInfoPublik - Pemerintah Kabupaten Boven Digoel melalui Dinas Perkebunan menyelenggarakan pelatihan pemangkasan dan fermentasi biji kakao untuk meningkatkan keterampilan petani dalam mengolah tanaman dan menghasilkan produk kakao berkualitas tinggi.

Program yang dibiayai melalui Dana Otonomi Khusus (Otsus) Tahun Anggaran 2025 ini menjadi bagian dari Program Penyuluhan Pertanian pada sub kegiatan Peningkatan Kapasitas Pengembangan Penyuluhan Pertanian di Kecamatan dan Desa.

Pelatihan dilaksanakan selama tiga hari, 17–19 November 2025, bertempat di Aula Gereja Katolik Santa Theresia KM Satu. Total 30 peserta dari Distrik Arimop, Ambatkwi, dan Waropko mengikuti kegiatan ini. Hadir pula Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan, Jeffri Hanny Izaak Nirahua, Sekretaris Dinas Perkebunan, narasumber Yohanes Take, serta jajaran dinas terkait.

Dalam sambutan Bupati Boven Digoel yang dibacakan Staf Ahli Jeffri Nirahua, pelatihan ini dipandang sebagai langkah strategis untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya petani kakao.

“Konservasi dalam budi daya kakao bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan rumah tangga, kesehatan, pendidikan anak, dan bahkan menjadi berkah untuk sesama,” tegas Jeffri.

Ia mengajak peserta khususnya orang asli Papua untuk mengelola tanah kelahiran secara produktif, tidak bergantung pada bantuan pemerintah, dan bertransformasi menjadi pelaku pembangunan daerah.

“Kami minta 30 peserta ini untuk menanam kakao dan menjadi petani yang produktif. Yang kaya raya di Indonesia itu petani. Menanam kakao adalah menanam uang,” ujarnya.

Jeffri menambahkan bahwa kakao memiliki nilai ekonomi tinggi. Dengan masa panen 3–5 tahun, komoditas ini dinilai mampu mendorong kemandirian dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

Narasumber Yohanes Take menjelaskan bahwa teknik pemangkasan dan fermentasi merupakan kunci menghasilkan kakao berkualitas tinggi sesuai standar pasar internasional.

“Pemangkasan dilakukan untuk membuang hama dan menghasilkan buah yang baik. Fermentasi mengubah gula menjadi alkohol sehingga meningkatkan kualitas biji dan harganya di pasar global,” jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa kakao dari Papua sudah memenuhi standar impor internasional, sehingga produksi yang baik dapat membuka peluang ekspor dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

“Kami berharap petani dapat mengolah kakao sesuai standar, sehingga mampu menembus pasar internasional,” tambah Yohanes.

Pelatihan ditutup dengan harapan agar seluruh peserta menerapkan praktik terbaik dalam budi daya kakao sehingga mampu memaksimalkan potensi komoditas unggulan daerah.